Naskah Pidato Ujian Praktik Bahasa Indonesia SMA
Tema: Membangun Motivasi Diri
melalui Keteladanan Tokoh
Oleh: Fikahati Rachmawati
MOHAMMAD
HATTA
Assalamualaikum
wr. wb.
Yang terhormat Ibu Tanti Dwi
Anggraheni selaku guru penguji ujian praktik Bahasa Indonesia, serta
teman-teman kelas 12 IPA 6 yang saya banggakan. Pertama, marilah kita
ucapkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul disini untuk mengikuti ujian praktik
Bahasa Indonesia. Kedua,
shalawat dan salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni ajaran agama
Islam. Ketiga,
terima kasih
kepada para Ibu guru penguji dalam ujian praktik Bahasa Indonesia yang telah
memperkenankan saya untuk berpidato. Tak lupa, terimakasih kepada teman-teman
kelas 12 IPA 6 yang telah hadir untuk mendengarkan pidato saya sekaligus untuk
mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia.
Sebelum saya memulai pidato,
saya akan menyampaikan tema pidato yang saya haturkan pada pagi ini. Tema
pidato saya adalah “Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh.” Tema
“Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh” sangat bermanfaat bagi
kita semua,
dimana tema ini dapat memotivasi kehidupan kita, sehingga kita dapat menjadi
insan manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Amien.
Dalam tema “Membangun Motivasi
Diri melalui Keteladanan Tokoh”, saya membahas
salah
satu Bapak Proklamator Indonesia, yaitu Bapak Mohammad Hatta. Mohammad Hatta
lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil nan indah
inilah Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Muhammad
Djamil, meninggal ketika Hatta berusia 8 bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki
enam saudara perempuan. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki di dikeluarganya.
Sejak duduk di MULO di kota Padang,
sosok yang akrab di panggil Bung Hatta ini telah tertarik pada pergerakan sejak
tahun 1916, timbul
perkumpulan-perkumpulan pemuda,
seperti:
Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Hatta masuk ke
perkumpulan Jong Sumatranen Bond dan menjabat sebagai bendahara. Sebagai
bendara jong Sumatranen Bond,
beliau menyadari pentingnya
arti keuangan bagi hidupnya organisasi. Tetapi sumber keuangan baik dari luar
hanya lancar kalau anggota-anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan
disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin inilah yang menjadi keistimewaan
sekaligus sebagai ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.
Pada tahun 1912, Hatta tiba di
negeri Belanda untuk belajar di Handels Hoge School di Rotterndam. Ia mendaftar
sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1992, perkumpulan ini berganti nama
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta lulus dalam ujian Handels economie
(ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Lalu Hatta masuk jurusan hukum negara
dan hukum administratif karena terdorong oleh minatnya yang besar di bidang
politik. Nah, dari sinilah Hatta merintis karir politiknya sampai ia menjadi
salah satu
dwi tunggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Perjalanan yang ditempuh Bung
Hatta tidaklah mudah, seiring
dengan ramainya situasi Indonesia saat dijajah bangsa asing. Selama masa
pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidatonya yang diucapkan di
lapangan Ikada (sekarang lapangan Merdeka) pada tanggal 8 Agustus 1942
menggemparkan banyak kalangan. Bahkan kata-kata itu melekat dalam benak saya
dan menyadarkan saya akan arti penting sebuah perjuangan. Ia
mengatakan,”Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena
itu, ia tidak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini
setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke
dalam lautan dari pada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali.”
Apa saja keteladanan yang patut kita tiru dari
sosok proklamator kita ini? Pertama, berprinsip teguh. Bung Hatta yang dikenal
jujur, sabar, cerdas dan penuh ide ini memegang teguh prinsip yang diyakininya. Kedua,
berjuang tanpa kekerasan. Senjata ampuh yang digunakan oleh tokoh proklamator
kita ini adalah otak dan pena. Ketiga, berusaha sebaik mungkin. Bung Hatta
selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan
bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Beliau tidak
menginginkan ada kegagalan hanya karena kecerobohan dan kurang persiapan.
Beliau juga sangat menghargai waktu. Sesuai dengan sabda Rasulullah, yang
artinya “Pergunakanlah
lima (waktu) sebelum datang lima (waktu) yang lain, yaitu: hidupmu sebelum
matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu longgarmu sebelum sibukmu, mudamu
sebelum tuamu dan waktu kayamu sebelum miskinmu.”
Walaupun Bung Hatta kini sudah
tiada, beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip dan kualitas pribadi
beliau yang positif. Beliau selalu berpegang teguh pada prinsip, berjuang tanpa
kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik dan senantiasa berkarya untuk
kepentingan bangsa. Merdeka!
Untuk teman-temanku yang sekarang
duduk di kelas 12, sebentar
lagi kita akan menempuh ujian nasional. Marilah kita membangun motivasi diri
dengan meneladani tokoh Bung Hatta dengan berusaha melakukan yang terbaik demi
meraih cita-cita yang gemilang.
Demikian
pidato saya. Terima kasih
kepada Ibu Tanti Dwi Anggraheni
selaku guru penguji ujian praktik Bahasa Indonesia. Terima kasih kepada teman-teman
kelas 12 IPA 6 yang telah
mendengarkan pidato saya. Kenangan selama tiga tahun di SMA Negeri 2 Pare ini
tidak akan terlupa dan selalu terukir dalam hati saya. Mohon maaf atas
kesalahan-kesalahan kata dan sikap.
Wassalamualaikum
wr. wb.