Rabu, 04 September 2013

Naskah Pidato Ujian Praktik Bahasa Indonesia SMA - Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh

Naskah Pidato Ujian Praktik Bahasa Indonesia SMA
Tema: Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh
Oleh: Fikahati Rachmawati


MOHAMMAD HATTA

Assalamualaikum wr. wb.
                 Yang terhormat Ibu Tanti Dwi Anggraheni selaku guru penguji ujian praktik Bahasa Indonesia, serta teman-teman kelas 12 IPA 6 yang saya banggakan. Pertama, marilah kita ucapkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul disini untuk mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia. Kedua, shalawat dan salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni ajaran agama Islam. Ketiga, terima kasih kepada para Ibu guru penguji dalam ujian praktik Bahasa Indonesia yang telah memperkenankan saya untuk berpidato. Tak lupa, terimakasih kepada teman-teman kelas 12 IPA 6 yang telah hadir untuk mendengarkan pidato saya sekaligus untuk mengikuti ujian praktik Bahasa Indonesia.
                 Sebelum saya memulai pidato, saya akan menyampaikan tema pidato yang saya haturkan pada pagi ini. Tema pidato saya adalah “Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh.” Tema “Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh” sangat bermanfaat bagi kita semua, dimana tema ini dapat memotivasi kehidupan kita, sehingga kita dapat menjadi insan manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Amien.
                 Dalam tema “Membangun Motivasi Diri melalui Keteladanan Tokoh”, saya membahas salah satu Bapak Proklamator Indonesia, yaitu Bapak Mohammad Hatta. Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil nan indah inilah Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Muhammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia 8 bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki di dikeluarganya.
                 Sejak duduk di MULO di kota Padang, sosok yang akrab di panggil Bung Hatta ini telah tertarik pada pergerakan sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda, seperti: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond dan menjabat sebagai bendahara. Sebagai bendara jong Sumatranen Bond, beliau menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya organisasi. Tetapi sumber keuangan baik dari luar hanya lancar kalau anggota-anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin inilah yang menjadi keistimewaan sekaligus sebagai ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.
                 Pada tahun 1912, Hatta tiba di negeri Belanda untuk belajar di Handels Hoge School di Rotterndam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1992, perkumpulan ini berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta lulus dalam ujian Handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Lalu Hatta masuk jurusan hukum negara dan hukum administratif karena terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik. Nah, dari sinilah Hatta merintis karir politiknya sampai ia menjadi salah satu dwi tunggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
                 Perjalanan yang ditempuh Bung Hatta tidaklah mudah, seiring dengan ramainya situasi Indonesia saat dijajah bangsa asing. Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidatonya yang diucapkan di lapangan Ikada (sekarang lapangan Merdeka) pada tanggal 8 Agustus 1942 menggemparkan banyak kalangan. Bahkan kata-kata itu melekat dalam benak saya dan menyadarkan saya akan arti penting sebuah perjuangan. Ia mengatakan,”Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu, ia tidak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan dari pada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali.”
                 Apa saja keteladanan yang patut kita tiru dari sosok proklamator kita ini? Pertama, berprinsip teguh. Bung Hatta yang dikenal jujur, sabar, cerdas dan penuh ide ini memegang teguh prinsip yang diyakininya. Kedua, berjuang tanpa kekerasan. Senjata ampuh yang digunakan oleh tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Ketiga, berusaha sebaik mungkin. Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Beliau tidak menginginkan ada kegagalan hanya karena kecerobohan dan kurang persiapan. Beliau juga sangat menghargai waktu. Sesuai dengan sabda Rasulullah, yang artinya “Pergunakanlah lima (waktu) sebelum datang lima (waktu) yang lain, yaitu: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu longgarmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu dan waktu kayamu sebelum miskinmu.”
                 Walaupun Bung Hatta kini sudah tiada, beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip dan kualitas pribadi beliau yang positif. Beliau selalu berpegang teguh pada prinsip, berjuang tanpa kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik dan senantiasa berkarya untuk kepentingan bangsa. Merdeka!
                 Untuk teman-temanku yang sekarang duduk di kelas 12, sebentar lagi kita akan menempuh ujian nasional. Marilah kita membangun motivasi diri dengan meneladani tokoh Bung Hatta dengan berusaha melakukan yang terbaik demi meraih cita-cita yang gemilang. Demikian pidato saya. Terima kasih kepada Ibu Tanti Dwi Anggraheni selaku guru penguji ujian praktik Bahasa Indonesia. Terima kasih kepada teman-teman kelas 12 IPA 6 yang telah mendengarkan pidato saya. Kenangan selama tiga tahun di SMA Negeri 2 Pare ini tidak akan terlupa dan selalu terukir dalam hati saya. Mohon maaf atas kesalahan-kesalahan kata dan sikap.


Wassalamualaikum wr. wb.

Esai Cinta - Bedah Surat Cinta Tiga Masa

 Bedah Surat Cinta Tiga Masa
Oleh: Fikahati Rachmawati

Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Setiap orang pasti pernah merasakan cinta. Namun apa sebenarnya cinta itu? Banyak sekali definisi tentang cinta, dalam memaknai cinta setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Seperti kata Kahlil Gibran, Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya, ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia. Berbeda lagi arti cinta ala Bu Esthi, seorang guru Matematika SMA Negeri 2 Pare. Kebetulan saat itu saya sempat membaca “status” beliau melalui salah satu situs jejaring sosial dan beliau memaknai cinta sebagai berikut Cinta indah lahir dari hati yang tulus, penuh kesucian dan kesetiaan tapi akan jauh lebih indah jika diiringi ketaatan pada Allah Sang Pemilik Keindahan. Cinta, sesuatu yang tidak mempunyai kontrol atas perasaan. Laksana berlayar di suatu kapal yang tak berkemudi yang akan pecah berkeping-keping ketika terbentur baru karang yang pertama. Cinta dapat meluluh lantakkan hati siapa saja, tanpa pandang gelar, tanpa pandang jabatan, dan tanpa pandang usia.
Kata orang bijak, cinta dapat merubah kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang mulai berubah saat hatinya dicuri karena merasa hidupnya lebih berarti. Seseorang yang merasa hatinya dicuri maka ia akan mengejar seseorang yang dianggap mencuri hatinya dan akan memberinya sanksi. Sanksi itulah sebagai bentuk pengungkapan rasa cinta. Namun untuk mengungkapkan rasa cinta tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan menurut penelitian dengan pemberian tugas membuat surat cinta oleh guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Pare terhadap 308 siswa kelas 12 SMA Negeri 2 Pare hanya 1-2 orang siswa yang dapat membuat surat cinta dengan baik. Konon, laki-laki lebih lancar membuat surat cinta dibanding perempuan. Contohnya Bagas, siswa kelas 12 IPS 3 ini berhasil membuat hampir 3 lembar surat cinta yang berhasil memukau dan menggetarkan hati siapa saja yang membaca surat buatannya itu. Ada pula siswa yang membuat surat cinta berisi “kata-kata gombal” yang cukup kreatif pula, lagi-lagi surat cinta dibuat oleh laki-laki. Bagaimana dengan surat cinta ala kaum hawa?
Terlepas dari sisi kekreatifan dan kecerdasan lingual seseorang, laki-laki lebih mudah untuk menulis surat cinta dibanding perempuan. Mengapa demikian? Laki-laki mudah untuk mengungkapkan rasa cinta karena keberanian dan daya juangnya yang tinggi untuk mendapatkan sang pujaan hati. Sebagian laki-laki bahkan sudah pernah mempraktikkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan cenderung bimbang dalam merangkai kata-kata cinta karena tidak terbiasa atau malah belum pernah sama sekali membuat surat cinta. Hasilnya saat diberi tugas membuat surat cinta, banyak siswi yang mengeluh karena membuat surat cinta bagai pepatah angan lalu paham bertumbuk, diduga gampang tapi sukar dilaksanakan. Perempuan lebih banyak mendapat surat cinta daripada membuat dan mengirim surat cinta. Kebiasaan dan adab yang membelenggu inilah yang menghambat munculnya kreatifitas sehingga perempuan sulit membuat surat cinta. Kesannya, perempuan yang terbiasa “dirayu” bukan “merayu”. Namun ada pula perempuan yang berani mengungkapkan rasa yang bergejolak dalam hatinya, baik secara langsung maupun melalui surat namun kebanyakan mereka tidak mengharap balasan. Hanya sekedar memberi tau sang pujaan hati bahwa dia sedang jatuh cinta, dilanda rasa rindu atau sedang cemburu.
Media untuk mengungkapkan rasa cinta sangat beragam, misalnya: ponsel, internet, dan surat cinta. Laki-laki cenderung memilih cara cepat agar rasa cintanya dapat segera tersampaikan pada si pencuri hatinya. Biasanya mereka mengungkapkan secara langsung dengan membawa setangkai mawar merah. Bahkan cara yang konyol pula nekat ditempuh melalui situs jejaring sosial, misalnya ”nembak” seseorang dengan menuliskan kata-kata romantis di website milik si pencuri hatinya sehingga dapat diketahui oleh banyak orang di dunia maya. Beda halnya dengan perempuan, kedua cara yang diuraikan diatas tidak pernah dilakukan oleh perempuan. Mereka malu untuk mengungkapkan rasa cinta. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa perempuan yang mengungkapkan rasa cinta kepada laki-laki dianggap tidak sopan. Lalu bagaimana cara meningkatkan kreatifitas perempuan dalam menulis surat cinta tanpa harus dibayang-bayangi ketakutan?
Teknik penulisan surat cinta ini dapat kita pelajari dengan membaca contoh karya pujangga sastra Indonesia. Memang tak dapat dipungkiri, teknik penulisan surat cinta pada jaman sekarang berbeda dengan surat cinta dengan yang ditulis pada jaman dahulu. Jaman dahulu teknologi belum berkembang jadi surat cinta sangat efektif untuk mengungkapkan rasa cinta yang terpendam. Isi dari surat cinta tersebut dapat berupa berbait-bait puisi romantis, penuh kata-kata bombastis dan eksotis. Berikut ini adalah contoh surat cinta berbentuk puisi yang telah berhasil saya tulis.
Untuk: Aa’ yang selalu ku rindu
Kasih
Akankah kau tau
Akankah kau dengar
Jeritan hati ini selalu memanggil namamu
            Kala ku pandang matahari terbenam
Aku selalu teringat saat jemariku kau genggam
Kau ucap janji kita akan terus bersama
Walau terpisah ruang menggapai cita-cita
Kesetiaan ini bak alunan musik instrumental
Yang selalu mengalun merdu
Mengalun syahdu saat ku rindu
Kapankah kita kembali bertemu
Senja memerah menyimpan kisah kau dan aku
Tak akan ku lupa sampai akhir waktu
Tatkala kau membaca puisi ini ku ingin  kau tau
Disini aku sangat merindukanmu
Dari: Adik yang sedang merindukanmu
            Mari kita menganalisis puisi karya saya. Pada bait pertama baris kedua dan ketiga, saya menggunakan majas repetisi pada baris yang berbunyi Akankah kau tau, akankah kau dengar. Puisi yang saya tulis tersebut berisi tentang harapan agar kesetiaan cinta tetap terjaga, seperti pada baris berbunyi Kesetiaan ini bak alunan musik instrumental yang selalu mengalun merdu. Kesetiaan yang sangat indah bila terus terjaga walau sedang berpisah jarak dan ruang untuk menggapai cita-cita. Pada bait terakhir baris ketiga dan keempat, saya berusaha mengekspresikan rasa rindu saya dengan Tatkala kau membaca puisi ini ku ingin kau tau disini aku sangat merindukanmu. Semua dikemas dalam bahasa sederhana, sedikit sentuhan majas personifikasi, dibubuhi majas repetisi dan kata-kata yang mengalir dengan polosnya. Seperti kata pepatah, Lain ladang, lain belalang. Lain lubuk, lain ikannya. Lain masa, lain surat cintanya. Sangat berbeda bila surat cinta saya dibandingkan dengan puisi yang ditulis oleh Gunawan Muhammad, berikut ini puisi berjudul Surat Cinta karya Gunawan Muhammad.


Surat Cinta
Karya: Gunawan Muhammad
Bukankah surat cinta ini ditulis
Ditulis kepada siapa
Seperti hujan yang jatuh rimis
Menyentuh arah siapa saja
                                    Bukankah surat cinta ini berkisah
                                    Berkisah melintas lembar bumi yang fana
                                    Seperti misalnya gurun yang lelah
Dilepas embun cahaya

Menurut Gunawan Muhammad “surat cinta” merupakan surat yang ditulis oleh seseorang dan ditujukan kepada siapa saja yang telah mencuri hatinya. Pernyataan itu terbukti dari larik pertama dan kedua bait pertama, Bukankah surat cinta ini ditulis Ditulis kearah siapa saja. Perasaan seseorang yang tercuri hatinya selalu resah, gelisah, galau, “cekit-cekit” yang diibaratkan oleh Gunawan Muhammad Seperti hujan yang jatuh rimis. Rasa itu dapat terjadi pada siapa saja, menyentuh arah siapa saja yang tercuri hatinya.
Pada bait kedua, Gunawan menuturkan bahwa surat cinta itu mengisahkan kisah cinta dua anak manusia ketika hidup di dunia. Menurut Raja Ali Haji, kita hidup melewati 4 alam. Rasa cinta dan kasih sayang antar sesama manusia hanya terjadi di alam dunia yang fana ini. Setelah melewati alam fana ini, tidak ada kisah cinta lagi. Padahal seperti yang diketahui dalam baris satu dan dua bait kedua, Bukankah surat cinta ini berkisah Berkisah melintas lembar bumi yang fana. Padahal seseorang yang sedang tercuri hatinya merasakan kehampaan seperti orang yang berada di gurun, merana dan tersiksa, Gunawan mengibaratkan, Seperti misalnya gurun yang lelah.
Bahasa “surat cinta” Gunawan Muhammad begitu halus tersembunyi dan terselubung. Sehingga kita tidak bisa melihat untuk siapa saja surat cinta itu ditulis. Sebab Gunawan hanya memaknai “surat cinta” saja. Sungguh berbeda dengan “surat cinta” W.S Rendra, simaklah “surat cinta” W.S Rendra berikut.
Surat Cinta
Karya: W.S Rendra

Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib
            Dan angin mendesah
            Mengeluh dan mendesah
            Wahai dik Narti
            Aku cinta padamu!
Kutulis surat ini
Kala langit menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan dalam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
Mengibaskan ekor
Serta menggetarkan bulu-bulunya
Wahai dik Narti
Ku pinang kau menjadi istriku
           
Seperti dijelaskan diatas “surat cinta” Rendra mengandung banyak lambang/simbol. Penciptaan lambang ini merupakan kekhususan sekaligus kelebihan Rendra dalam menulis puisi. Puisi cinta diatas merupakan ungkapan rasa cinta Rendra ketika sedang kasmaran terhadap Sunarti Suwandi yang dipanggilnya ‘dik Narti’, putri seorang tokoh negara dan pengasuh acara musik di RRI Yogjakarta. Cinta Rendra terhadap seorang penyanyi seriosa terkenal ini tidaklah berjalan mulus tetapi terhalang oleh restu orang tua. Hal itu disimbolkan Kutulis surat ini Kala hujan gerimis. Namun cinta keduanya amat kuat, Bagai bunyi tambur mainan. Juga cinta mereka bergema terus, dapat kita cermati dari baris Anak-anak peri dunia yang gaib. Kekuatan cinta itu yang menyebabkan Rendra berani menyatakan Wahai dik Narti, Ku pinang kau menjadi istriku.
Jika kita cermati tiga surat cinta diatas memiliki perbedaan. Surat cinta yang pertama yang ditulis oleh saya sendiri berisi tentang harapan agar kesetiaan tetap terjalin sekaligus mengungkapkan kerinduan terhadap seorang kekasih. Puisi “surat cinta” yang ditulis oleh Gunawan Muhammad berisi tentang makna surat cinta tanpa diketahui untuk siapa surat cinta tersebut. Puisi ketiga adalah puisi “surat cinta” yang ditulis oleh W.S Rendra tidak hanya berisi ungkapan cinta terhadap seseorang namun bertujuan lebih dari itu yaitu W.S Rendra mencoba mengekspresikan keinginannya untuk meminang sang pujaan hati, yaitu Sunarti Suwandi.
Semoga setelah membandingkan ketiga puisi cinta yang ditulis dalam tiga masa yang berbeda diatas, kita dapat memperkaya diri dan terinspirasi untuk mengungkapkan rasa cinta kepada sang pujaan hati. Masih ragukah Anda untuk menulis surat cinta?